Kenapa Guru Harus Menulis

Dunia Guru adalah dunia literasi. Selain mengajar hendaknya membaca dan menulis dijadikan sebuah kebiasaan. Menulis sudah dilakukan para pendahulu kita sejak dahulu kala, tujuannya adalah menciptakan sejarah dan mengikat ilmu. Apa jadinya jika para pendahulu tidak menulis, baik itu ilmu agama, sains ataupun seni?

Bagi guru terutama ASN, menulis adalah keharusan untuk meningkatkan kredit poin kenaikan pangkat seperti yang tertuang dalam peraturan Mendiknas nomor 03/V/pb/2010 dan kepala BKN nomor 14 tahun 2010 pasal 17 ayat 2 menyebutkan “bahwa untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi dari Guru pertama, pangkat penata muda, golongan ruang III/a sampai dengan Guru utama, pangkat pembina utama, golongan ruang IV/e wajib melakukan kegiatan pengembangan diri, publikasi ilmiah dan/atau karya tulis ilmiah”

Memang banyak Guru yang merasa kesulitan dalam menulis KTI (Karya Tulis Ilmiah) selain alasan tidak percaya diri dalam menulis, kegiatan menulis KTI seperti PTK dan lainnya ternyata menghabiskan banyak waktu dan tenaga yang tidak sedikit.

Sebenarnya tidak ada alasan Guru untuk  tidak menulis, menulis merupakan alat komunikasi dan Guru melakukan komunikasi dan berinteraksi dengan siswa setiap hari dari pagi hingga siang.

Dengan kegiatan yang padat setiap hari, sebenarnya sudah merupakan sumber tulisan, dengan menulis Guru bisa menyampaikan pendapat, gagasan atau bahkan solusi tentang kondisi pendidikan saat ini.


Baiklah,  jika KTI dirasa sulit, mungkin Guru bisa memulai menulis dari hal-hal kecil atau sederhana seperti membuat memo, jadwal harian, kegiatan di sekolah atau bisa sampai membuat artikel untuk media dengan mengangkat isu-isu seputar dunia pendidikan.

Menulis memang terasa berat jika tak terbiasa, tapi jika sudah tahu manfaatnya mungkin menulis akan menjadi hal yang mengasyikan atau menjadi kebutuhan. Manfaat besar menulis bagi  Guru selain untuk kredit poin diatas ternyata menulis menularkan manfaat lain diantaranya:

1. Menulis sebagai obat atau self therapy. Jika orang tidak terbiasa berbicara ketika punya masalah, menulis adalah solusi nya. Pikiran bisa menjadi terasa tenang dan plong setelah dituangkan dalam sebuah tulisan.

2. Menulis juga ternyata berhasil membantu seseorang lancar berbicara didepan umum, kebiasaan menulis yang mengharuskan penulis  banyak mencari sumber tulisan atau referensi  manjadikan penulis kaya akan literasi sehingga mampu berbicara lebih banyak dan lebih pecaya diri didepan umum.

Ada quote menarik dari seorang penulis besar Pramoedya Ananta Toer “ Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang didalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”

Masihkah ada alasan Guru tidak bisa atau tidak mau menulis? Guru adalah gudang Ilmu, ikatlah ilmu dengan tulisan agar tidak tercerai berai dan lenyap begitu saja. Mari tebarkan kebaikan dalam tulisan, suburkan kebaikan dan kebenaran, lenyapkan hate speech dan pengetahuan yang bersifat menyesatkan dan tidak jelas.

Nah, sampai disini sudah tahu kenapa Guru harus menulis?
Mari mulai menulis!

Semangat lah wahai Bapak Ibu Guru . Tulisanmu adalah inspirasi.

0 Comments